Senin, 10 Maret 2014

MUSH'AB BIN UMAIR


Kali ini sesekali menghilangkan kegalauan dg membaca kisah para sahabat, kebetulan di usul kan oleh ayah saya. Katanya, jika kamu membaca kisah para sahabat, kamu akan mengetahui betapa dahsyat dan nikmatnya kehidupan.  Diambil dan diringkas dari kitab “Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah”,  karya Khalid Muhammad Khalid. Alih bahasa Mahyuddin Syaf dkk.



MUSH’AB BIN UMAIR
(Duta Islam yg Pertama)
                Alangkah baiknya jika kita memulai kisah dengan pribadinya. Seorang remaja yang ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan.
                Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat : “Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum”.
                Ia tumbuh dengan kesenangan, dan kemakmuran. Mungkin taka da seorang pun seberuntung dia, dimanjakan orang tua, semua kebutuhan terpenuhi. Sampai-sampai dia sering menjadi buah bibir gadis-gadis di Mekah saat itu, menjadi bintang di tiap pertemuan, dan masih banyak lagi.
                Sebutan untuk sahabat ini ialah “Mush’ab yang baik”. Salah seorang yang didik oleh Rosulullah.

                Berawal dari berita bahwa Muhammad saw telah diutus oleh Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai da’I yang mengajak ummat beribadat hanya kepadanya. Seluruh penduduk Mekah Terpusat pada berita itu. Maka anak yang manja ini paling banyak mendengar berita tersebut, meskipun usianya masih belia, dia sudah menjadi bunga majelis dimana-mana. Gayanya yang tampan, dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaannya. Bahkan elalu menjadi pemecah masalah.
                Diantara yang ia dengar ialah, Rosulullah bersama pengikutnya mengadakan pertemuan di tepat yang jauh dari gerombolan kaum Quraisy, di bukit Shafa yaitu di rumah Arqam bin Abil Arqam.
                Keraguannya tidak lama, pada suatu senja ia didorong kemauan dan rasa penasarannya  mengikuti rombongan itu ke rumah Arqam, tempat dimana Rosulullah berkumpul dengan para sahabat, mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an, dan membawa mereka sholat.
                Baru saja Mush’ab menempati tempat duduknya, ayat-ayat A-Qur’an mengalir melalui kalbu Rosulullah, bergema melalu bibir beliau,  sampai ketelinga para sahabat, dan meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush’ab terpesona oleh itu semua, tepat menemui sasaran pada kalbunya.
                Hampir-hampir Mush’ab berdiri karena terharu, namun Rosulullah menenangkannya, dengan tenang dan damai. Pemuda yang akhirnya Islam ini Nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas-berlipat ganda dari usianya.
Khunas binti Malik, ibunda “Mush’ab yang baik”, seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat diganggu gugat. Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti.
                Ketika Mush’ab memasuki Islam, tiada lain yang ditakuti selain ibunya sendiri, walaupun semua penduduk Mekah serta berhala-berhala itu bersatu menjadi kekuatan besar untuk menghancurkannya, tetap ia anggap enteng. Tapi tantangan dari ibunya sendiri yang tidak dapat dianggap enteng. Dengan keras ia berusaha menyembunyikan keislamannya agar ibunya tidak mengetahui. Demikianlah ia rela bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majelis Rosulullah, sedang hatinya bahagia dengan keimanan.
Tetapi di kota Mekah tidak ada yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperi itu. Mata orang Quraisy berkeliaran dimana-mana, mengikuti setiap langkah dan menelusuri setiap jejak.
Kebetulan seorang bernama Usman bin Thalhah melihat Mush’ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Selain itu ia juga melihat Mush’ab shalat seperti Rosulullah. Secepat kilat ia melaporkannya kepada ibu Mush’ab.
Berdirilah Mush’ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekah yang berkumpul dirumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti, dibacakannya ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan rosul, utuk menyucikan hati mereka. Mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.
Ketika sang ibu hendak membungkam mulut anaknya dengan tamparan keras, tiba-tiba …
(Bersambung..ke bagian 2)